Rabu, 06 Mei 2009

GURU ------- PAHLAWAN KU--antara HARAPAN dan REALITA

“TANPA TANDA JASA” itu lah pangkat yang melekat erat di pundak guru, kelihatannya hanya sepenggal kata yang terbaca, tapi jika seandainya sepenggal kata itu berupa benda yang nyata maka sesungguhnya adalah benda yang sangat besar dengan beban yang tak terhingga beratnya, dan hanya orang-orang tertentu saja yang dapat memikulnya.
 ditinjau dari segi bahasa Indonesia. Guru dapat diartikan secara umum sebagai seorang pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Dengan pengertian tersebut, seharusnya guru adalah sebuah sosok yang mulia, yang menjadi tuntunan masyarakat. Coba kita ingat sebuah Negara yang dulu pernah hancur lebur oleh sebuah BOM, “berapa guru yang tersisa?” itulah yang ditanyakan oleh sang pemimpin.
Tapi sayangnya harapan jauh berbeda, di negeri ini dari tahun ke tahun predikat guru sebagai seorang “ PAHLAWAN TANPA TANDA JASA “ sedikit demi sedikit mulai memudar,
banyak factor yang memengaruhi, semakin bertambah tahun semakin bertambah pula factor-faktor itu.
factor kesejahteraan, mungkin ini adalah salah satu factor garis depan yang sangat berpengaruh, hal ini sudah umum tentunya terdengar di telinga kita, dari jaman kegelapan negeri ini hingga menuju ke jaman terang dan kini pun hampir kembali ke jaman gelap lagi.
Seiring dengan bertambahnya lulusan tenaga guru, predikat guru pun kini hampir berevolusi menjadi “ PROFESI”, semakin banyak tenaga guru tapi mutu pendidikan negeri ini masih minim.
Karena predikat “PROFESI” itulah, tanggung jawab seorang guru yang seharusnya dapat mengantarkan anak didiknya menuju kesuksesan menjadi luntur, banyak yang telah lalai dengan tugas-tugasnya. Bahkan guru yang perannya adalah tenaga pendidik menjadi tenaga presenter.
Berbagai alasan selalu muncul saat kritikan tentang guru mulai mengudara, memang tak dapat dipungkiri nasib guru di negeri ini sungguh tidak menyenangkan. Tapi seharusnya sebagai seorang guru itu bukanlah alasan yang professional.
Kesejahteraan?persaingan?pekerjaan tetap?diakui?ini?itu?dan lain-lain, itu tak sepantasnya diucap oleh seorang guru. Semua perbuatan itu ada resiko, begitu juga dengan guru, jika masih menanam keEGOISan dan tidak siap dengan resiko sebagai seorang guru, maka janganlah menjadi guru, carilah profesi yang bisa memenuhi keEGOISan itu.
Ingat…..GURU berpengaruh pada para generasi penerus negeri ini,
Jika GURUnya sudah salah jalan, maka kemungkinan besar generasi penerus negeri ini juga mengikuti.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jangan racuni predikat mu wahai GURU
Jangan kotori “ PAHLAWAN TANPA TANDA JASA “ negeri ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar